Sabtu, 24 Maret 2018

LAPORAN REFLEKSI KASUS KOMUDA


1.                  Pengalaman

Tn. T berusia 59 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam untuk check up. Pada tanggal 15 November 2017, pasien mengeluh nyeri epigastrik, mual, dan BAB hitam. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan nadi pasien 117x/menit, tekanan darah 180/80 mmHg, dan berat badan 63 kg. Kadar hemoglobin pasien 7,9 gr%. Pasien didiagnosa dispepsia et kausa gastritis erosif dengan melena. Terapi yang diberikan adalah omeprazole 2x1, asam folat 2x1, vitamin K 3x1. Keluhan pasien saat ini adalah kembung. Pasien sudah tidak mengeluh nyeri epigastrik, tidak ada penurunan nafsu makan, melena sudah hilang, dan kadar hemoglobin pasien 11,4 gr%.

2.      Masalah yang dikaji
a.       Bagaimana penegakan diagnosis berdasarkan keluhan pasien?
b.      Bagaimana mekanisme kerja obat yang diberikan?

3.      Analisis kritis
a.       Pasien mengeluh nyeri epigastrik dan mual yang merupakan ciri-ciri dispepsia. Dispepsia adalah perasaan tidak nyaman pada abdomen bagian atas, dapat berupa nyeri epigastrikum, rasa terbakar di epigastrikum, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, kembung, mual, muntah, atau sendawa [1]. Dispepsia merupakan suatu sindrom yang harus dicari penyebabnya. Secara garis besar, penyebab sindrom dispepsia dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok penyakit organik ( tukak peptik, gastritis, batu kandung empedu, dsb) dan kelompok gangguan fungsional [2].

Berdasarkan keluhan lain yang dialami pasien yaitu BAB hitam (melena), kemungkinan terdapat perdarahan pada gaster (gastritis). Melena terjadi karena darah bercampur dengan asam lambung (HCl) sehingga menghasilkan warna hitam pada feses. Gastritis adalah inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung [2]. Gastritis terjadi karena ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif. Gastritis dibagi menjadi gastritis akut dan kronik. Penyebab gastritis antara lain karena obat-obatan, zat korosif, radiasi, sepsis, trauma, konsumsi alkohol, atau pembedahan.

Gastriris erosif adalah kerusakan mukosa lambung yang disebabkan oleh adanya erosi yang tidak mencapai lapisan muskularis [3]. Gastritis erosif dapat bersifat asimptomatik maupun muncul keluhan berupa nyeri epigastrik, dispepsia, atau anemia karena perdarahan gastrointestinal.

Kadar hemoglobin awal pasien adalah 7,9 gr% yang berarti pasien menderita anemia. Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari batas normal sehinggal tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan. Penyebab anemia dapat karena kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah, misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Anemia menyebabkan badan menjadi lemah, mudah lelah, pucat, lesu, dan mata berkunang-kunang [6].

b.      Omeprazole adalah salah satu jenis obat golongan pompa proton inhibitor (PPI) yang digunakan pada pasien dengan gejala dispepsia. Omeprazole mempunyai fungsi untuk mencegah sekresi asam lambung secara berlebihan. Seperti yang kita ketahui, asam lambung (HCl) diproduksi oleh sel parietal yang ada di gaster. Sekresinya dipengaruhi oleh H+-K+-ATPase. Pompa ini akan mensekresi H+ ke dalam lumen gaster sebagai ganti dari pemasukan K+ ke dalam sel parietal [4]. Mekanisme pelepasan H+ ini dipenaruhi oleh asetilkolin, histamine, atau gastrin [5]. PPI akan memblok pompa H+-K+-ATPase sehingga tidak terjadi sekresi asam lambung.

Asam folat atau vitamin B12 diperlukan untuk memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Asam folat bersama dengan asam amino, biotin,vitamin B6, dan vitamin B12 dibutuhkan untuk sintesis globulin, sedangkan penggabungan zat besi ferro ke dalam protoporfirin III yang dikatalisis oleh enzim ferroketalase membentuk heme. Kemudian interaksi antara heme dan globulin menghasilkan hemoglobin [6].

Vitamin K merupakan bahan pembentuk faktor pembekuan darah, sehingga sangat dibutuhkan dalam koagulasi darah. Kekurangan vitamin K dapat memperpanjang proses pembekuan darah pada kulit, selaput lendir dan  organ lain dalam tubuh.

4.      Dokumentasi (terlampir)
    

5.      Referensi

[1] Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia, Konsensus nasional. 2014
[2] Djojoningrat, D. Ilmu Penyakit Dalam. 2014. Jakarta : Interna publishing
[3] Chen MY, Ott DJ, Clark HP, Gelfand DW. 2001 Gastritis: classification, pathology, and radiology. South Med. J. 94, 184–189. (doi:10.1097/00007611-200102000-00004)

[4] Heitzmann D, Warth R. No potassium, no acid: K channels and gastric acid secretion. Physiology (Bethesda). 2007;22:335–41.
[5] Gibbons TE, Gold BD. The use of proton pump inhibitors in children: a comprehensive review. Paediatr Drugs. 2003;5(1): 25–40.

[6]http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39977/Chapter%20II.pdf?sequence=4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar