Apa
yang Anda lakukan ketika ada anggota keluarga yang meninggal? Menangis? Ya, hal
itulah yang biasanya dilakukan. Menangis adalah bentuk ekspresi kesedihan yang
paling mudah dikeluarkan. Dengan menangis, seolah kepedihan yang dirasakan akan
sedikit berkurang.
Tetapi
lain halnya dengan masyarakat Suku Dani yang mendiami wilayah Lembah
Baliem, Pegunungan Tengah, Papua ini. Selain menangis, mereka (biasanya para
wanita) akan memotong jari mereka sebagai bentuk belasungkawa. Mungkin Anda
mengerutkan kening atau merasa ngeri saat mendengarnya, tetapi memang seperti
itulah tradisi yang mereka percayai.
Pemotongan jari( Iki Palek)
biasanya dilakukan dengan berbagai cara, seperti menggunakan benda tajam
(pisau, kapak, atau parang), digigit hingga putus atau mengikatnya dengan
seutas tali sehingga aliran darah berhenti baru kemudian jari dipotong.
Pemotongan dilakukan oleh kepala suku setempat. Setelah dipotong, ruas jari
akan dibubuhi obat-obatan tradisional untuk menyembuhkan luka.
Mengapa harus memotong jari?
Bagi mereka, jari adalah simbol kerukunan, kesatuan, dan kekuatan dalam diri
manusia maupun sebuah keluarga. Jari saling bekerjasama membangun sebuah kekuatan
sehingga tangan kita dapat berfungsi dengan sempurna. Oleh karena itu, kehilangan
salah satu ruasnya saja akan mengakibatkan tangan tak bisa bekerja dengan
maksimal. Seperti itu jugalah arti anggota keluarga bagi mereka.
Alasan lainnya adalah "Wene
opakima dapulik welaikarek mekehasik" atau pedoman dasar hidup bersama
dalam satu keluarga, satu marga, satu honai (rumah), satu suku, satu leluhur,
satu bahasa, satu sejarah/asal-muasal, dan sebagainya. Kebersamaan adalah hal
yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Suku Dani. Rasa sakit yang
ditimbulkan ketika ruas jari mereka dipotong tak berarti apa-apa dibandingkan
kesedihan dan rasa kehilangan yang mereka rasakan.
Ada cerita unik dari ibu asal
Moni (sebuah suku di daerah Paniai), dia bercerita bahwa jari kelingkingnya
digigit oleh ibunya ketika ia baru dilahirkan. Mengapa? Hal itu terpaksa
dilakukan oleh sang ibu karena beberapa orang anak yang dilahirkan sebelumnya
selalu meninggal dunia. Dengan memutuskan jari kelingking kanan anak yang baru
saja ia lahirkan, sang ibu berharap agar kejadian yang menimpa anak-anak
sebelumnya tidak terjadi pada sang bayi. Hal ini terdengar sangat ekstrim,
namun kenyataannya memang demikian, wanita asal Moni ini telah memberikan
banyak cucu dan cicit kepada sang ibu.
Ketika sudah tidak memungkinkan lagi untuk dipotong jarinya, maka yang dipotong adalah daun telinga atau disebut Nasu Palek. Dalam hal ini, yang dipotong adalah sebagian kecil daun telinga. Meski begitu, para wanita yang jarinya sudah terpotong tetap hidup seperti biasa. Mereka mengurus anak, ladang dan memasak.
Terlepas
dari semua pro dan kontra terhadap tradisi unik suku ini, toh tujuan mereka melakukannya
bukannya tanpa sebab. Itu adalah simbol rasa kasih dan duka mereka, wujud
penghormatan terdalam terhadap seseorang yang mereka kasihi. Dan itu merupakan
tradisi turun temurun para leluhur yang mereka lestarikan, sesuai pasal 18B ayat (2) UUD 1945, yaitu “Negara mengakui dan menghormati
kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya
sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang”, yang diperkuat
dengan ketentuan Pasal 28I ayat (3) UUD 1945 bahwa “Identitas budaya dan
masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban”.
Kini,
setelah kemajuan budaya dan agama yang perlahan memasuki kehidupan mereka,
tradisi ini sudah semakin jarang dilakukan. Tetapi kita masih bisa melihat
orang-orang yang pernah melakukannya.
Referensi :
Cari game poker 1 user id bisa bermain bermacam game berbeda di indonesia,
BalasHapusKunjungi situsnya disini* wwwmgmpoker88. com
Pin BBM : D88FDB2E
▽ WA : +85577597038
▽ LINE : MGM POKER
▽ Skype : mgmpoker
dewa poker